Apa Enak dan Tidak Enaknya Menjadi Seorang Auditor?

Latar Belakang
Menjadi Auditor Internal dalam perusahaan menurut penglihatan saya adalah menjadi suatu jabatan yang berbeda dari para pegawai-pegawai. Mengapa? Karena semua aktivitas dalam perusahaan harus diketahui oleh Auditor Internlah, melihat semua aktifitas yang dilakukan oleh para pegawai-pegawai efektif, efisien dan ekonomis dalam melakukan tugasnya.
Pembahasan
Setiap profesi, setiap jabatan, sudah pasti ada enak dan tidak enaknya. Saya mulai dari enaknya ‘deh’ (supaya terlihat menarik hehehe):
Gaji Relative Besar – Gaji internal auditor relative lebih besar dibandingkan dengan staf lain di bagian financial dan accounting, karena tanggungjawanya lebih besar.
Power (Wewenang/Pengaruh) Besar – Sudah bukan rahasia lagi, setiap orang di dalam perusahaan menganggap bahwa para internal auditor adalah orang-orang yang dekat dengan para eksekutif, bahkan ada yang mengatakan internal auditor adalah “mata-mata atau telinga-telinga”-nya eksekutif. Yang sinis mungkin mengatakan “tukang ngadu/tukang lapor”. Anggapan yang sugguh keliru. Yang ngadu/lapor adalah data yang mereka temukan, bukan pribadi internal auditornya. Pada kondisi yang paling tidak saya sukai, para internal auditor ini sering menjadi rebutan—untuk diajak masuk ke dalam kelompok-kelompok tertentu—dalam office politic yang sekali lagi, sebuah kondisi yang paling tidak saya sukai. Internal auditor yang ketahuan terlibat dalam office politic biasanya saya pindahkan ke wilayah lain.
Banyak Pengetahuan – Di mata saya pribadi, jauh lebih menarik dibandingka gaji dan pengaruh adalah pengetahuan dan pengalaman. Seperti telah saya sampaikan di awal tulisan: siapapun yang ingin menduduki posisi eksekutif di bagian keuangan, di masa depan, mulai sekarang sebaiknya ajukan diri untuk menjadi seorang internal auditor. Mengapa? Karena di posisi ini anda dituntut mengetahui hampir semua aspek operasional perusahaan. Meskipun tidak bisa melakukan pekerjaan marketing misalnya, tetapi anda jadi tahu prosedur yang harus dijalankan dan standar yang harus dipenuhi di wilayah marketing, aturan yang harus diikuti, dan lain sebagainya. Ini sudah merupakan modal awal untuk memasuki jenjang karir yang lebih tinggi.
Yang enak-enaknya sudah. Sekarang tinggal yang tidak enaknya, dan bisa dibilang sangat banyak. Tetapi pada dasarnya hanya 2 ini:
Mengawasi Wilayah Yang Begitu Luas – Ini bukan pekerjaan mudah. Disamping dituntut tahu semua macam prosedur, cakupan wilayah yang luas membutuhkan daya mobilisasi yang tinggi. Dan ini semua sangat menguras tenaga dan pikiran.
Tekanan Mental dan Fisik Yang Tinggi – Sudah begitu banyak dan luas pekerjaan yang harus ditangani, masih harus mengahadapi tekanan mental bahkan ancaman fisik yang lumrah dilakukan oleh mereka-mereka (staf maupun manajer) yang bermasalah (tidak taat prosedur dan aturan). Sudah ada banyak kejadian dimana seorang internal auditor diancam, bahkan dihadang dijalanan. Di sini para internal auditor diharapkan memiliki mental dan kecerdasan di atas rata-rata. Kalau di kepolisian mungkin “intel’-nya lah ya. Masa intel mengkeret hanya karena diancam oleh polisi lalulintas, iya kan? Bukan berarti komite tak peduli dengan risiko itu. Tentu komite tidak segan-segan untuk turun tangan menghadapi situasi yang dianggap membahayakan. Sudah beberapa kali saya harus melibatkan kepolisian untuk menangani masalah seperti ini.
Bicara pekerjaan, apapun itu, sudah pasti bukan hal yang mudah, lebih banyak tidak enaknya ketimbang enaknya. Untuk apa perusahaan merekrut pegawai, apa hanya untuk enak-enakan? Tentu tidak. Tentunya untuk menangani hal-hal yang tidak enak atau sulit.
Betul. Ada orang-orang yang lebih suka melihat kesulitan sebagai tantangan dibandingkan beban, sehingga mereka bisa melakukannya dengan sangat baik dan tanpa beban yang berlebihan. Tetapi ada wilayah dimana para internal auditor sering tidak berkutik menghadapinya. Bahkan para eksekutifpun saya yakin juga tidak mudah menyikapinya. Masalah apa itu?
Konflik kepentingan. Konflik kepentingan antar departemen atau divisi atau individu, adalah pemandangan sehari-hari di dalam perusahaan. Saya yakin para internal auditor tahu bagaimana cara menempatkan diri yang baik—intinya tidak boleh terlibat konflik kepentingan apapun di dalam perusahaan selain tujuan utama perusahaan.
Bagaimana jika itu adalah konflik kepentingan antara perusahaan dengan pihak luar? Dalam banyak kasus, menejemen (termasuk eksekutif/board of director tentunya), dengan sengaja melakukan ketidakpatuhan dalam menjalankan kewajibannya dengan pihak luar (mengakali pemegang saham—melalui modifikasi laporan keuangan, pajak, bea cukai, bank, dan pihak eksternal lainnya). Mungkinkah internal auditor mampu mengatakan “jangan” atau “tidak”? Di satu sisi mereka tahu itu pelanggaran—aspek profesionalisme mereka menuntut supaya itu dicegah, di sisi lainnya mereka juga harus berpikir realistis—bagimanapun juga mereka dibayar oleh manajemen perusahaan, mereka bertanggung jawab kepada audit committee yang nota benanya adalah manajemen perusahaan.
Bagaimana internal auditor menghadapi konflik seperti itu? Bagaimana seharusnya bersikap? Saya akan bahas di lanjutan seri internal auditor ini. Di tulisan berikutnya—sebagai lanjutan dari seri ini saya akan membahas mengenai “Corporate Governance”, menurut versi seorang mantan pegawai accounting abal-abal. Terkait dengan hal yang sama saya juga akan membahas mengenai: hubungan internal auditor dengan external auditor, termasuk kantor akuntan publik (KAP) yang seharusnya hanya menyediakan jasa independent audit tetapi belakangan menjadi makin rakus dengan menyediakan jasa “internal audit outsourching”. Untuk sementara selamat berakhir pekan.
Kesimpulan
Inilah enaknya menjadi seorang Auditor Internal yaitu Gaji Relative Besar, Power (Wewenang/Pengaruh) besar, banyak pengetahuan, Mengawasi Wilayah Yang Begitu Luas, Tekanan Mental dan Fisik Yang Tinggi. Sehingga gaji yang diperoleh oleh Auditor Internal relatif tinggi.

Sumber : http://jurnalakuntansikeuangan.com/2012/03/apa-sejatinya-fungsi-serta-peranan-internal-auditor-sehingga-gajinya-besar/

Comments

Popular posts from this blog

PERSYARATAN MENJADI AUDITOR INTERNAL

BAGAIMANA TEMUAN AUDIT ITU ?