Permasalahan Independensi Internal Auditor

Latar Belakang
Secara ideal, internal auditor dikatakan independen apabila dapat melaksanakan tugasnya secara bebas dan obyektif. Dengan kebebasannya, memungkinkan internal auditor untuk melaksanakan tugasnya dengan tidak berpihak. Ideal?? Prakteknya?? Tentu saja, hal ini bukanlah perkara mudah. Di sisi lain, internal auditor banyak menghadapi permasalahan dan kondisi yang menghadapkan internal auditor untuk ‘mempertaruhkan’ independensinya. Kata “internal” saja sudah berbau tidak independen.
Sebagai karyawan/pekerja, internal auditor mendapatkan penghasilan dari organisasi di mana dia bekerja, hal ini berarti internal auditor sangat bergantung kepada organisasinya sebagai pemberi kerja. Disini internal auditor menghadapi ‘ketergantungan’ hasil kerja dan kariernya dengan hasil auditnya. Internal auditor sebagai pekerja di dalam organisasi yang diauditnya akan menghadapi dilema ketika harus melaporkan temuan-temuan yang mungkin mempengaruhi atau tidak menguntungkan kinerja dan karirnya.
Pembahasan
Independensi internal auditor akan dipengaruhi oleh pertimbangan sejauh mana hasil internal audit akan berdampak terhadap kelangsungan kerjanya sebagai karyawan/pekerja. Pengaruh ini dapat berasal dari manajemen atau dari kepentingan pribadi internal auditor. Sebagai contoh misalnya direktur perusahaan memberikan batasan terhadap internal auditor untuk tidak mengakses data atau melakukan pemeriksaan terhadap penggajian karyawan. Pembatasan ini merupakan pembatasan terhadap independensi internal auditor, namun apabila hal tersebut tidak dipatuhi maka sama halnya internal auditor akan menghadapi konsekwensi sanksi sebagai karyawan. Sebaliknya, bila internal auditor memiliki akses terhadap data penggajian tersebut akan berpotensi munculnya kepentingan pribadi internal auditor sebagai karyawan perusahaan.
Kondisi lain yang sangat berpotensi mempengaruhi independensi internal auditor adalah banyaknya pihak yang berkepentingan di dalam sebuah organisasi bisnis. Kepentingan pihak-pihak eksternal serta kepentingan pihak-pihak internal organisasi seringkali berbeda. Di satu pihak, manajemen perusahaan ingin menyampaikan informasi mengenai pertanggunjawaban pengelolaan dana yang berasal dari pihak luar, di lain pihak, pihak eksternal ingin memperoleh informasi yang andal dari manajemen perusahaan. Konflik dalam sebuah internal audit akan berkembang pada saat internal auditor mengungkapkan informasi tetapi informasi tersebut oleh manajemen tidak ingin dipublikasikan kepada pihak eksternal atau informasi tersebut dibatasi. Kondisi ini akan sangat menyulitkan internal auditor karena harus berhadapan dengan kepentingan manajemen internal. Independensi, integritas serta tanggung jawab internal auditor terhadap profesi dan masyarakat akan dipertaruhkan dengan menempatkan internal auditor sebagai bagian dari kepentingan manajemen internal organisasi. Contoh yang kongkrit adalah internal auditor suatu bank memiliki kewajiban untuk melaporkan hasil auditnya kepada Bank Indonesia sebagai regulator secara periodik. Itu artinya laporan tersebut akan berpotensi dipengaruhi oleh kepentingan manajemen bank yang bersangkutan agar tidak membawa dampak “merepotkan” manajemen karena adanya sanksi dari Bank Indonesia.
Selain menghadapi perbedaan kepentingan dengan pihak eksternal, internal auditor juga harus menghadapi kepentingan-kepentingan pihak internal organisasi yang tidak jarang pula berbeda-beda, bahkan bertentangan. Dalam kondisi ini, internal auditor berpotensi dijadikan “tunggangan” konflik kepentingan pihak-pihak tertentu. Disinilah sikap obyektif internal auditor akan mencerminkan independensinya. Internal auditor harus menjaga agar tidak muncul prasangka atau pendapat dari pihak manapun bahwa internal auditor berpihak pada kepentingan tertentu. Inilah yang disebut independen dalam penampilan. Sebagai contoh adanya ketidakpuasan karyawan atau pihak tertentu karena gaji atau suatu jabatan, dimana internal auditor diharapkan dapat ‘menyambung lidah’ sehingga ‘keluhan’ mereka ditindaklanjuti oleh manajemen puncak. Atau contoh lain adanya ‘persaingan’ ditempat kerja sehingga salah satu pihak berusaha menjatuhkan pihak lainnya dengan memanfaatkan internal auditor.
Pengaruh terhadap independensi internal auditor terkadang tidak bersifat ‘langsung’ terhadap hasil audit yang dihasilkan oleh internal auditor. Namun demikian intervensi tersebut dapat mempengaruhi ‘kinerja’ internal audit termasuk mempengaruhi internal auditor dalam menetapkan ruang lingkup dan metodologi auditnya. Contohnya adalah dalam kondisi internal audit merupakan salah satu departemen/divisi di dalam perusahaan. Kondisi tersebut menempatkan pimpinan internal auditor juga berperan sebagai pimpinan departemen/divisi. Peranan ini kemungkinan besar memiliki keterbatasan wewenang dan tanggung jawab yang hampir sama dengan pimpinan departemen/divisi yang lain. Pimpinan Departemen SDM dan Pesonalia misalnya, dapat memutasikan atau memindahkan karyawan Departemen Internal Audit (dalam hal ini adalah internal auditor) ke departemen lainnya. Demikian pula sebaliknya, karyawan di departemen yang dianggap kurang qualified di bidang tersebut ditempatkan sebagai internal auditor.
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas saya menyimpulkan bahwa Konflik dalam sebuah internal audit akan berkembang pada saat internal auditor mengungkapkan informasi tetapi informasi tersebut oleh manajemen tidak ingin dipublikasikan kepada pihak eksternal atau informasi tersebut dibatasi. Kondisi ini akan sangat menyulitkan internal auditor karena harus berhadapan dengan kepentingan manajemen internal. Independensi, integritas serta tanggung jawab internal auditor terhadap profesi dan masyarakat akan dipertaruhkan dengan menempatkan internal auditor sebagai bagian dari kepentingan manajemen internal organisasi. Hal inilah yang sangat sulit dihindari oleh Internal Auditor. Walaupun itu kendala dari Internal Auditor, jika tetap ingin menjadi seorang auditor/auditor  internal diharuskan menjunjung integritas setinggi-tingginya (integritas yang diutamakan).

Sumber :
http://internalaudit-karmacon.blogspot.com/2010/02/membangun-independensi-internal-audit.html.

Comments

Popular posts from this blog

Apa Enak dan Tidak Enaknya Menjadi Seorang Auditor?

PERSYARATAN MENJADI AUDITOR INTERNAL

BAGAIMANA TEMUAN AUDIT ITU ?